Senin, 08 Desember 2014

Marzuki: Statemen Faisal Basri Bisa Menjadi Legitimasi Para Mafia


Mantan Ketua DPR Marzuki Alie mengaku khawatir statemen yang disampaikan Ketua Komiter Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri justru menjadi legitimasi bagi mafia untuk terus berjalannya ekspor-impor minyak mentah dan impor BBM.


Jakarta, Aktual.co — Mantan Ketua DPR Marzuki Alie mengaku khawatir statemen yang disampaikan Ketua Komiter Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri justru menjadi legitimasi bagi mafia untuk terus berjalannya ekspor-impor minyak mentah dan impor BBM. 

Statemen Faisal Basri itu adalah menyatakan bahwa menurunkan harga minyak adalah langkah keliru.

"Kalau Faisal Basri menyatakan Pemerintah keliru menurunkan harga minyak, artinya pola kerja Pemerintah saat inj tidak berubah, dari sebelumnya. Saya khawatir ini justru melegitimasi kerja mafia BBM,” kata Marzuki di Jakarta, Senin (8/12).

Menurut Marzuki, pemerintah seharusnya menyediakan hasil produksi minyak dalam negeri seluruhnya untuk BBM subsidi, sehingga tidak berpengaruh berapapun harga minyak dunia. Hanya saja pendapatan Pemerintah dari hasil penjualan minyak dalam negeri akan menjadi Volatile, tergantung harga minyak dunia.

"Untuk itu Pemerintah harusnya segera berusaha bagaimana masyarakat segera beralih energy alternatif sehingga pada saatnya BBM tak perlu lagi disubsidi,” ujar Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.

Mengenai statemen Faisal Basri tentang kilang Pertamina sudah tua dan tidak efisien, Marzuki berpendapat masalah kilang bukan pada umur kilangnya, tetapi pada selisih antara harga produk yang dihasilkan, dikurangi dengan biaya bahan baku minyak mentah dan biaya energi untuk mengolah minyak mentah tersebut pada kilang yang dimaksud.

“Jadi kunci membuat kilang pertamina memperoleh keuntungan adalah mengolah minyak mentah yang murah dengan menghasilkan produk BBM yang mahal harganya. Minyak mentah yang relatif murah adalah minyak mentah domestik karena rendahnya biaya transport. Produk BBM yang mahal harganya adalah Solar,” jelasnya.

Solar subsidi, lanjut Marzuki, sebaiknya diproduksi seluruhnya di kilang Pertamina dengan mengolah minyak mentah domestik. Karena diproduksi Solar subsidi seluruhnya di dalam negeri, maka solar jenis ini bisa diberi warna berbeda, dikendalikan, dimonitor, dan diawasi distribusinya.

“Kilang Pertamina bisa mengolah sekitar 1 juta barel minyak mentah, yaitu kilang Dumai, Musi, Balongan, Cilacap dan Kasim,” tandasnya.